Ada banyak
permainan tradisional yang kukenal sewaktu aku kecil dulu,.. hari ini
dimainkankan siswa TK AISYIYAH 19 Sukolilo Bulak Surabaya bertepatan dengan
bulan purnama penulis bersama ananda Aqilah Qotrunnada Al mahbubah bermain
dengan teman sebayanya di TK AISYIYAH 19 Sukolilo Bulak Surabaya dalam
rangkaian acara padang bulan bermain permainan tradisional beberapa di
antaranya yang masih kuingat adalah :
1. Engkleh
Permainan tradisional engklek adalah sebuah
permainan tradisional sederhana yang dilakukan dengan cara melemparkan sebuah
pecahan genteng atau batu berbentuk pipih. Satu anak hanya akan memiliki 1
pecahan genting (kreweng) yang disebut ‘Gacuk’.
Permainan dilakukan secara bergantian. Para pemain akan mengundi urutan pemain
yang akan bermain. Pemain pertama harus melemparkan pecahan gentingnya ke kotak
pertama yang terdekat. Setelah itu dia harus melompat-lompat ke semua kotak
secara berurutan hanya degan menggunakan 1 kaki, sedangkan kaki yang lainnya
harus diangkat dan tidak boleh turun menyentuh tanah. Kotak yang terdapat gacuk
milik pemain tersebut tidak boleh diinjak (harus dilewati). Dan pemain yang
sedang bermain dengan meloncat dilarang untuk menyentuh atau menginjak garis
pembatas.
Pemain permainan tradisional engklek harus meloncat ke setiap kotak sampai di
ujung terjauh yang biasanya berbentuk setengah lingkaran atau kotak yang besar.
Dari sana dia harus kembali dengan cara melompat lagi. Saat sampai di kotak
yang terdapat gacuk miliknya, dia harus mengambil gacuk itu dengan tangannya,
sementara itu sebelah kakinya harus tetap terangkat dan tidak boleh menyentuh
tanah. Kemudian dia harus melanjutkan membawa gacuk tersebut sampai keluar
kotak pertama.
Pemain permainan tradisional engklek yang sedang bermain harus mengulang
permainan ini dengan melempar gacuk dari mulai kotak pertama terus sampai semua
kotak, dan akhirnya selesai kembali ke kotak pertama lagi. Namun bagi pemain
yang melanggar aturan tidak boleh melanjutkan permainan, dan digantikan oleh
pemain berikutnya. Tapi dia boleh melanjutkan permainannnya setelah semua
pemain mendapat giliran bermain.
Permainan selesai jika gacuk seorang pemain telah melalui semua kotak sampai
kembali lagi ke kotak pertama dengan selamat. Setelah itu pemain tersebut akan
berdiri membelakangi lapangan engklek dan melemparkan gacuk-nya ke belakang.
Jika beruntung gacuk itu akan berhenti di dalam salah satu yang kosong. Nah
kotak itu akan menjadi miliknya atau rumahnya.
Tapi jika lemparan gacuk-nya melesat keluar arena atau menyentuh garis batas,
maka pemain itu harus mengulang lemparannya setelah pemain berikutnya melempar.
Nah aturan lainnya adalah kotak yang sudah ada pemiliknya tidak boleh diinjak
pemain lain ataupun disentuh oleh gacuk pemain lain yang dilempar.
2. Gobak Sodor
Gobak Sodor berasal dari kata”go back to the
door” ,. artinya kembali ke pintu masuk,.. permainan ini mungkin ada
kemiripan aatau kesamaan dengan permainan dari daerah lain.. cara bermainnya
adalah ada yang bertugas menjaga garis2 di tiap ruang.. dan ada yang lari dari
satu ruang ke ruang lain sehingga bisa keluar lagi ke pintu awal di masuk
tadi,.. permainan ini memerlukan arena.. yang digaris2 sejumlah anak yang akan
bermain.. kalo yang bermain 6 orang berarti dibagi 2 regu menjadi masing2 3
orang,.. satu regu bermain.. satu regu jaga.. yang berjaga hanya boleh bergerak
di sepanjang garis yang sudah digambar di arena,.. sedang yg bermain harus bisa
masuk dari satu ruang ke ruang lain sampai ruang paling belakang dan kembali ke
ruang awal di masuk tadi… yang berhasil kembali tanpa kepegang pihak yang jaga
dia yang menang,.. biasanya yang kalah diwajibkan untuk menggendong yang
kalah,.. hingga batas dan jarak tempuh yang disepakati… hehehehe,..
3. Tong tong
do re mi
Tong tong do re mi tidak hanya dimainkan oleh perempuan, tetapi boleh
dimainkan anak laki-laki. Permainan ini tidak bisa dilakukan sendiri, paling
tidak dilakukan oleh empat orang atau lebih. Banyak anak yang ikut bermain,
semakin kelihatan ramai dan menyenangkan.
Dalam bermain ‘Tong tong do re mi’ ada lagunya. Sembari bermain, anak-anak
sambil berdendang. Simak dendang dari permainan anak Jawa itu :
“Tong tong do re mi
do re mi kulak kupang
Kupang dipayungi
Ono rojo dipayungi ”
Bisa dibayangkan dolanan ‘Tong tong do re mi’ ini menggembirakan dan menyenangkan.
Sambil menaik-turunkan tangan yang dikepalkan pada tangan yang dikepalkan
sesema teman yang bermain, tembang dolanan ini menghidupkan permainan.
Biasanya, ‘Tong tong do re mi’
4. Donal Bebek
Pemain yang
di perlukan adalah semain banyak semakin baik dan yang jelas adalah tempat yang
digunakan harus luas misalnya halaman rumah, lapangan dan lainya.
Cara bermain
Anak-anak berkumpul dan membentuk
sebuah lingkaran lingkaran yang lumayan dekat kemudian secara bersama sama
mereka meneriakkan:
Donal bebek
Mundur tiga langkah
1... 2... 3....
Pada teriakan 1.. 2.. 3.. mereka akan meloncat-loncat kebelakang sebanyak tiga
kali. Setelah itu ada seorang anak sebagai penunjuk sambil mereka secara
bersama-sama menyayikan lagu:
Bintang mas keluar
Adik saya gigit ular
Ular ular naga
Naganya naga sari
Sari sari ayam
Ayamnya ayam jago
Jago jago tinju
Tinjunya alyas pikal
Alyas pikal merupakan pemain tinju terkenal asal indonesia. Kembali lagi ke
permainan tadi setelah nyanyianya selesai pemain yang ketunjuk pada kata pada
kata “tinjunya alyas pikal”, dia harus melompat dan kakinya mengenai
kaki pemain lainya. Pemain lain boleh menghindar jika tidak kena maka diulangi
lagi dari nyanyian bintang mas keluar.... Setelah ada yang terkena terinjak
kakinya maka anak itu dinyatakan kalah (sebagai pemain yang jaga) maka
permainan akan di teruskan dengan anak yang kalah duduk di tengah di kelilingi
pemain lain yangberjalan mengelilingi pemain yang kalah tadi sambil menyanyikan
lagu
Anak ayam di cubit-cubit
Ditendang-tendang......dst
Maaf ya sahabat lagu yang terahir ini aku nggak hafal. Yang intinya setelah
lagu itu selesai dinyanyikan pemain yang mengelilingi pemain yang jongkok tadi
lari berhamburan. Sedangkan pemain yang jongkok harus mengejar dan menyentuh
pemain lain dan teriak ”KENA!”, supaya semua orang tau bahwa yang jaga udah
ganti orang.
Kalo pemain yang kalah tadi mengejarnya sudah dekeeeeeet banget, dan pemain gak
mau banget di-kena-in, caranya mudah. Tinggal buru-buru jongkok. Karena kalo
udah jongkok, dia gak bisa ngena-in kita dan harus cari target lain.
Meskipun simpel, permainan ini tetep perlu perhitungan. Karena tidak jarang
terjadi seseorang di’kena’in pas dia lagi ambil ancang-ancang jongkok. Jadinya,
posisi gantung setengah berdiri setengah jongkok dan dia harus jaga.
Setelah pemain itu jongkok tidak boleh seenaknya sendiri terus berdiri mereka
harus menunggu di sentuh temanya atau berjalan sambil jongkok dan mencari teman
lain yang masama-sama jongkok untuk bersentuhan supaya bisa berdiri.
5.Klompen raksasa
Sebuah
klompen yang terdiri dari 3 orang dijalankan secara bersama karena itu butuh
koordinasi dan kekompakan kelompok ,kali ini Meski timnya nada sempat terjatuh,
salah satu tetap mampu melanjutkan hingga garis finish.
"Mungkin terlalu semangat, jadi satu tim jatuh
semua. Tapi tidak masalah karena sudah biasa. Yang penting tubuh jadi sehat dan
olahraga tardisional tak dilupakan," kata dia.
6.Dakon
permainan dakon dikenal sebagai permainan tradisional masyarakat Jawa
sekalipun permainan ini dikenal juga di daerah lain. Pada masa lalu permainan
ini sangat lazim dimainkan oleh anak-anak bahkan remaja wanita. Tidak ada yang
tahu mengapa permainan ini identik dengan dunia wanita. Menurut beberapa
pendapat karena permainan ini identik atau berhubungan erat dengan manajemen
atau pengelolaan keuangan. Pada masa lalu (bahkan hingga kini) kaum hawa
disadari atau tidak berperanan penting dalam pengelolaan keuangan rumah tangga.
Dakon dianggap menjadi sarana pelatihan terhadap pengelolaan atau manajemen
keuangan tersebut. Untuk kaum adam mungkin permainan semacam ini dianggap
terlalu feminine, kurang menantang, tidak memerlukan kegiatan otot dan
pengerahan tenaga yang lebih banyak. Jadi, barangkali dianggap terlalu lembut.
Pada saat sekarang permainan dakon ini
boleh dikatakan tidak ada lagi. Anak-anak putri sekarang lebih tertarik bermain
boneka Barbie, melihat sinetron, atau bermainn play station. Permainan dakon
barangkali dianggap telah kuno, ketinggalan zaman, atau bahkan dianggap udik.
Umumnya permainan dakon pada zaman dulu
dilakukan di pendapa, beranda rumah, atau di bawah pohon yang rindang dengan
terlebih dulu menggelar tikar. Untuk memulai permainan yang melibatkan dua
orang ini, keduanya akan mengundi atau ping sut untuk menentukan siapa yang
jalan duluan.
Lubang pada papan dakon berjumlah 16 buah.
Masing-masing sisi papan dakon terdapat 7 buah lubang dan 2 buah lubang di
masing-masing pojokan/ujung papannya. Untuk memainkannya biasanya diperlukan
biji-bijian untuk isian lubang-lubangnya. Umumnya biji yang digunakan untuk
permainan ini adalah biji buah sawo. Mengapa biji buah sawo ? Jawabannya adalah
karena tanaman sawo umumnya terdapat di hampir semua pekarangan (depan)
rumah-rumah Jawa di masa lalu, khususnya rumah-rumah orang yang cukup mampu.
Lebih-lebih rumah ningrat yang memiliki pendapa. Kecuali itu butiran biji sawo
tidak terlalu kecil untuk dicomot. Permukaannya licin sehingga cukup mudah
untuk diluncurkan dari genggaman sekaligus cukup mudah juga untuk digenggam
telapak tangan. Selain itu, biji buah sawo yang dinamakan kecik itu secara
visual memang tampak lebih eksotik (barangkali).
Untuk permainan dakon yang juga dinamakan
congklak itu diperlukan 98 buah biji sawo. Masing-masing sisi dakon yang
memiliki 7 buah lubang itu diisi 7 buah biji untuk masing-masing lubangnya.
Jadi, masing-masing pemain memiliki 49 buah biji kecik yang siap dijalankan.
Sedangkan lubang di bagian ujung (pojok) dakon dikosongkan untuk menampung sisa
biji ketika permainan dijalankan.
Berikut ini Tembi menyajikan sebuah gambar
permainan dakon yang berasal dari masa lalu. Cermati detail penampilan kedua
orang yang bermain dakon itu. Pakaiannya masih pakaian Jawa gaya jadul. Juga
model dandanan rambutnya. Belum ada yang bermodel dicat (semir), dikeriting,
diblow, dan sebagainya. Gambar atau foto ini diharapkan mampu menggugah
kenangan Anda di masa lalu (khususnya generasi tua) yang pernah bersentuhan dengan
permainan dakon. Anda mesti ingat bahwa permainan ini sesungguhnya merupakan
serpihan kecil dari unsur pembentuk budaya dan karakter bangsa. Daripadanya
sesungguhnya kita bisa memetik banyak manfaat yang kadang kita sendiri tidak
menyadarinya. Dengan permainan itu kita telah dilatih untuk terampil, cermat,
sportif, jujur, adil, tepa selira, dan akrab dengan orang lain (teman).
7. Wak ko wak
Nama sebenarnya saya lupa. Hanya cara bermainnya dengan melibatkan banyak
anak yang meliuk-liuk seperti ular dan melewati dua orang yang saling
berpegangan tangan. Secara acak ada anak yang melewati nya nanti ditangkap dan
diberi pertanyaan. Biasanya dimainkan dengan disertai tembang-tembang dolanan, sbb;
Wak ko wak
Gagak opo ?
Gagak sebrang
Njaluk opo?
Njaluk mangan
Wadah opo?
Wadah piring
Gak ono piringe
Lip lip anak e sopo
Anakku!
Tak jukuk yooooo...
Setelah itu yang memberi pertanyaan mencoba menculik ekor ular paling
belakang sedangkan kepala ularnya berusaha mengalangi sehingga terjadilah
keseruan hingga akhirnya penanya bisa menculik hingga abis ekornya.
sayang sekali sekarang saya sudah lupa.
Anak-anak era sekarang lebih sering terlihat serius di depan televisi,
komputer, gadget dengan aneka game, dibanding bermain di halaman rumah bersama
teman-teman. Artinya mereka jarang berinteraksi dengan sebaya. Perkembangan
teknologi membuat mereka tumbuh menjadi makhluk individual. Mereka seolah tidak
membutuhkan orang lain.
Mereka dapat menciptakan dunianya sendiri dengan imajinasi yang mereka
peroleh dari berbagai permainan bagian dari fitur produk berteknologi canggih
yang memanjakan kehidupan. Selain melunturkan seni tradisi yang sarat ajaran
adiluhung, permainan modern dapat membentuk karakter negatif dalam diri anak.
Mereka menjadi individualistis, menyimpang dari kodratnya sebagai makhluk
sosial.
Dolanan tradisional anak yang menjadi primadona pada zamannya, kini tinggal
kenangan karena terimpit kemajuan teknologi. Pada satu sisi teknologi memang
menciptakan kemudahan dan rasa nyaman bagi manusia namun pada sisi lain,
kenyamanan itu dapat menjadi bume-rang bagi anak-anak.
Kepunahan dolanan anak yang merupakan bagian dari budaya tradisonal yang
adiluhung, sesungguhnya bukan semata-mata lantaran kepesatan perkembangan
teknologi. Perkembangan dan kemajuan teknologi tidak seharusnya melunturkan
budaya, justru sebaliknya harus bisa membuat budaya berkembang kian pesat.
pada jaman
dulu dikenal mainan atau permainan yang sering dimainkan oleh anak anak jawa,..
bisa berupa mainan (berwujud barang) atau permainan ( semacam games). Dulu
karena ketiadaan listrik,. saat sore hari setelah membantu orang tua
menggembala ternak atau membantu pekerjaan di sawah adalah saat bermain yang
paling menyenangkan,.. atau di malam hari ketika bulan sedang purnama.. karena
ketika bulan penuh suasana tak lagi gelap,. namun lumayan benderang untuk
bermain. Karena keterbatasan sarana dan prasarana anak-anak desa cenderung
kreatif menciptakan mainan dan permainan untuk mengisi saat atau waktu bermain
mereka,.. tak seperti anak sekarang yang lebih menyukai menonton kartun di
depan TV atau main games di komputer,.. yang membuat mereka jadi pribadi yang
malas bergerak,.. karena semua sekarang bisa dilakukan dengan bantuan remote
control.