Sidoarjo - Jujur, biasanya buat event2 organisasi yg bersifat rutin nggak begitu menarik buat di share - apalagi buat yg nggak satu komunitas. Tapi, sabtu kemarin, 21 Januari 2017, ada yg menarik - setidaknya buatku - di acara pendukung dr Konsolidasi PW & PD Aisyiyah se Jatim tsb. Karena kontributor materi unt tema Komitmen ber-Muhammadiyah & Sinergi Organisasi, Drs. Nurcholis Huda, MSi serasa pas mengurai problem yg kami - dan mungkin anda pr aktifis - alami. Alhasil rasanya sayang jika nggak aku posting dlm akun FB ku ini.
Lho apa sih yg menarik? Tentu ada, karena konten materi yg ditawarkan, oleh salah seorang Wk Ketua PW Muhammadiyah Jatim ini, bertutur soal idialisme kita - Aisyiyah - dlm membumikan gagasan pemberdayaan masyarakat sbg penerapan dr program Qaryah Thayyibah. Sebuah gagasan pintar buat mewujudkan masyarakat yg sehat secara fisik, ekonomi, spiritual dan sosial. Tetapi, ini yg diingatkan oleh pak Nur - demikian kami biasa memanggilnya, catur sehat itu lebih pas jika dimulai dr keluarga sbg unit terkecil dr masyarakat - apalagi negara - secara luas.
Pak Nur, sosok yg concern dng konsep keluarga sakinah ini, lalu mengurai pikirannya dng merefresh komitmen kita dlm ber- Aisyiyah. Komitmen, menurunya adalah "janji setia" kpd diri sendiri dan kpd pihak lain serta dibuktikan dng tindakan nyata. Penulis yg juga pendakwah ini, lalu menjabarkan, janji setia pd filosofi simbol matahari bermakna selalu memberi dan tak harap kembali, selalu mencerahkan dan Istiqomah atau konsisten pd pilihannya.
Lebih lanjut, kolumnis tetap pd majalah "Matan" - media bulanan PW Muhammadiyah Jatim - ini, mengurai 2 pilar utama dr komitmen, yakni punya niat ikhlas dan punya integritas. Lalu indikator ikhlas itu bagaimana? ada, yaitu jika anda melakukannya dengan nggak pernah mengeluh, dan - lebih dr itu, dng cinta. Unt yg satu ini adalah kekuatan terpenting dlm ikhlas, karena cinta maka yg sulit jadi mudah, berat jadi ringan, takut jadi berani and so on. Malah, soal cinta pak Nur menganalogkan dng cinta riil dr sosok ibu pd anaknya, yg tetap ikhlas meski menderita sejak mulai mengandung, namun tetap gembira, sabar bahkan bersyukur hingga sang anak tumbuh dewasa bahkan hingga sang ibu meninggal. Dia abaikan semua kepentingannya demi sang anak yg dicinta.
Nah, kalau tentang integritas yg juga merupakan salah satu pilar dr komitmen dimaksud, penjelasan mantan koresponden sebuah Harian di Sby ini adalah, melaksanakan yg kita ucapkan dan menepati yg kita janjikan. Lalu penjabarannya dan relevansinya dng Aisyiyah gimana? Monggo anda nalar sendiri karena terlalu panjang jika harus aku urai dan mungkin akan membosankan buat anda.( sum)
Lho apa sih yg menarik? Tentu ada, karena konten materi yg ditawarkan, oleh salah seorang Wk Ketua PW Muhammadiyah Jatim ini, bertutur soal idialisme kita - Aisyiyah - dlm membumikan gagasan pemberdayaan masyarakat sbg penerapan dr program Qaryah Thayyibah. Sebuah gagasan pintar buat mewujudkan masyarakat yg sehat secara fisik, ekonomi, spiritual dan sosial. Tetapi, ini yg diingatkan oleh pak Nur - demikian kami biasa memanggilnya, catur sehat itu lebih pas jika dimulai dr keluarga sbg unit terkecil dr masyarakat - apalagi negara - secara luas.
Pak Nur, sosok yg concern dng konsep keluarga sakinah ini, lalu mengurai pikirannya dng merefresh komitmen kita dlm ber- Aisyiyah. Komitmen, menurunya adalah "janji setia" kpd diri sendiri dan kpd pihak lain serta dibuktikan dng tindakan nyata. Penulis yg juga pendakwah ini, lalu menjabarkan, janji setia pd filosofi simbol matahari bermakna selalu memberi dan tak harap kembali, selalu mencerahkan dan Istiqomah atau konsisten pd pilihannya.
Lebih lanjut, kolumnis tetap pd majalah "Matan" - media bulanan PW Muhammadiyah Jatim - ini, mengurai 2 pilar utama dr komitmen, yakni punya niat ikhlas dan punya integritas. Lalu indikator ikhlas itu bagaimana? ada, yaitu jika anda melakukannya dengan nggak pernah mengeluh, dan - lebih dr itu, dng cinta. Unt yg satu ini adalah kekuatan terpenting dlm ikhlas, karena cinta maka yg sulit jadi mudah, berat jadi ringan, takut jadi berani and so on. Malah, soal cinta pak Nur menganalogkan dng cinta riil dr sosok ibu pd anaknya, yg tetap ikhlas meski menderita sejak mulai mengandung, namun tetap gembira, sabar bahkan bersyukur hingga sang anak tumbuh dewasa bahkan hingga sang ibu meninggal. Dia abaikan semua kepentingannya demi sang anak yg dicinta.
Nah, kalau tentang integritas yg juga merupakan salah satu pilar dr komitmen dimaksud, penjelasan mantan koresponden sebuah Harian di Sby ini adalah, melaksanakan yg kita ucapkan dan menepati yg kita janjikan. Lalu penjabarannya dan relevansinya dng Aisyiyah gimana? Monggo anda nalar sendiri karena terlalu panjang jika harus aku urai dan mungkin akan membosankan buat anda.( sum)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar