LONTONG DAN TEMPE
Hari Kamis, 3 Muharam 1440 H / 13 September 2018. Pengurus Lembaga Kebudayaan Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Surabaya ( LK PDA Surabaya ), telah mengadakan acara berkunjung ke Kampung Lontong dan Tempe di kawasan Banyu Urip Surabaya.
Kegiatan rutin LK PDA Surabaya setiap dua bulanan ini, sengaja mengangkat sisi budaya yang khas di tiap Pimpinan Cabang Aisyiyah se kota Surabaya.
Saatnya, mengangkat kearifan lokal sebuah kampung Lontong dan Tempe di sekitar Masjid Muhammadiyah, Masjid Nurul Iman, Jl. Banyu Urip Lor VI no 2 Surabaya. Kegiatan di buka, di dalam Masjid Nurul Iman tepat pukul 10.30 oleh pembawa acara ibu Ferdina Purbayani dari PCA Gubeng. Di lanjutkan menyanyikan Mars Aisyiyah yang di pimpin oleh ibu Indah. Acara selanjutnya pembacaan ayat suci Al Quran, surat Al Hujurat ayat 10 s.d 11 beserta sari tilawah oleh ibu Sulfia Hanum dari PRA Kupang Krajan.
Kemudian, acara Sambutan pertama oleh PCA Sawahan selaku shohibul bait, oleh Ibu Hj. Nunuk Sumarni. Sambutan kedua oleh ketua LK PDA oleh ibu Muliana. Sambutan ketiga, oleh Koordinator LK PDA oleh ibu Hj. Mardiyah.
Setelah sambutan, dilanjutan acara inti, yaitu pengarahan Wawasan Kebudayaan beserta panduan ke kampung Lontong dan Tempe oleh ibu Etty Sunanti, pengurus LK PDA Surabaya.
Lontong adalah media kelengkapan kuliner, yang sudah terkenal di Manca Negara.
Di padu padankan, seperti Lontong Sate, Lontong Gado-Gado, Lontong Gulai, Lontong Balap, Lontong Sayur, Lontong Kupang, dll.
Waktu menunjukkan pukul 11.30 masuk waktu Sholat Dhuhur. Para hadirin seluruhnya melakukan sholat berjama'ah di masjid.
Setelah selesai sholat berjama'ah, audiens meneruskan acara kembali, oleh ibu Etty Sunanti.
Pengarahan tentang wawasan kebudayaan. Mulai definisi serta 7 unsur kebudayaan oleh para pakar :
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Sistem Kemasyarakatan / Organisasi Sosial.
7. Kesenian
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
6. Sistem Religi
Betapa masyarakat wilayah RW 06 Kelurahan Kupang Krajan, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya ini. Hampir kebanyakan penduduknya bermata pencaharian dengan memproduksi Lontong dan Tempe. Rata-rata usaha tersebut sudah warisan dari para orang tua terdahulu.
Setelah paparan tentang sekilas Kebudayaan atau Culture, ibu Etty Sunanti di dampingi ibu Sari mewakili Takmir Masjid Muhammadiyah Nurul Iman, mengajak para hadirin ke tempat ibu Sutri pengusaha Tempe, dilanjutkan ke tempat Bapak / Ibu Mustaqim pengusaha Lontong. Dari sekian banyak pengusaha Lontong Tempe, kami sengaja memilih pengusaha yang notabene sebagai jama'ah masjid Nurul Iman.
Sedangkan Tempe sebuah jenis lauk yang terbuat dari kacang kedelai dengan jamur ( ragi ). Menjadi makanan yang berprotein tinggi. Bahkan sudah diminati para pelancong.
Kebudayaan Kampung Tempe dan Lontong, yang perlu kita banggakan. Hingga mendapatkan apresiasi. Karena ke istimewa-an yang unik ini, yang mampu menjadi daya tarik wisata dan mengedukasi masyarakat. Maka kira-nya LK PDA sangat mendukung kunjungan ke tempat luar biasa ini.
Ibu-ibu hadirin yang terdiri dari pengurus LK PDA dan Cabang sekota Surabaya, beserta pengurus PCA Sawahan dan PRA Kupang Krajan, berkunjng ke rumah bu Sutri. Saat kami kunjungi, beliau sedang membungkus rebusan kedelai yang sudah dingin, yang sudah di campur ragi. Siap akan menjadi tempe tempe berbungkus bungkus. Setiap produksi beliau memasak 40 kg kedelai, untuk proses hingga menjadi tempe, memerlukan waktu 2 hingga 3 hari kemudian.
Agar ragi bekerja menjadi jamur secara sempurna. Setelah menjadi tempe, tang memutuh dan menghangat karena jamur tersebut. Maka siap untuk di jual ke pasar. Dan di ambil para pedagang. Tempe ada berbagai jenis, ada yang tumpuk, ada yang biasa. Beliau agak bersedih karena harga kedelai selalu naik, sementara tuntutan pasar harga masih tetap. 1 bungkus tempe dari bu Sutri seharga IDR 1000, tentu sangat murah.
Setelah ibu-ibu berkunjng ke bu Sutri, sembari membeli tempenya. Kemudian dilanjutkan ke rumah bapak ibu Mustaqim pengusaha Lontong.
Beliau tiap hari memproduksi 500 biji lontong, yang siap di ambil oleh para pengusaha kuliner dan catering.
Cara membuat lontong, pertama harus menggunakan beras yang pilihan, agar hasil lontong lebih enak dan optimal. Kemuadian ketrampilan beliau membuat bungkus lontong dari daun pisang begitu rapi, dengan di cetak terlebih dahulu dengan sepotong pipa, yang sudah menjadi standar ukuran produksi. Kemudian di isi beras, sebanyak 1/4 dari ukuran lontong.
Cara membuat lontong, daun pisang, di tata yang hijau tua diletakkan di dalam, agar supaya hasil lontong bisa berwarna hijau dan beraroma sedap. Perebusan lontong dilakukan selam 10 jam, waktu yang sangat lama. Dengan bahan bakar gas dari PGN. Bukan gas yang biasa kita pakai. 500 biji lontong tersebut sekali merebus dalam 2 dandang yang besar. Jadi setiap dandang/panci berisi 250 lontong. Harga perlontong di jual seharga IDR 1500.
Setelah melakukan kunjungan ke kampung lontong, serta jalan jalan menyusuri kampung secara out door. Kemudian kembali lagi indoor ke masjid, karena ada tambahan acara. Yaitu membuat kripik tempe oleh ibu Nur Hayati dari PCA Sukolilo.
Notulen : Etty Sunanti
Demikian, kegiatan LK PDA Surabaya di PCA Sawahan. Semoga manfaat dan berkah untuk kita semuanya.
••••••